Senin, 26 Oktober 2020

VIRUS COVID-19 DAN DAMPAKNYA OLEH: ADE SAPUTRA

                                Pada akhir tahun 2019 tepatnya di Wuhan China, telah ditemukan virus penyakit yang sangat berbahaya. Virus tersebut kemudian diberi nama virus Corona Sarts Cop-2 atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus Covid-19 atau virus corona. Menurut penelitian beberapa tenaga ahli kesehatan, virus ini dapat menyebar melalui percikan ludah dari satu orang ke orang lainnya. Kemudian sekitar pertengahan bulan februari 2020, virus inipun menyebar ke seluruh Negara termasuk republic Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan telah ditemukannya dua orang warga Negara Indonesia yang terinfeksi dari virus ini.

            Menyikapi hal tersebut, maka pemerintah pusatpun bersepakat untuk membentuk Gugus tugas percepatan penanganan virus covid-19 yang diketuai oleh LG. Doni Moenardo yang juga merupakan ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan DR. Achmad Yurianto sebagai Juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19. Selain itu pemerintah mengeluarkan instruksi untuk semua sector dilakukan di rumah seperti sector pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Adapun kebijakan lain yaitu melakukan pembatasan semua kegiatan di luar rumah sehingga seluruh pemerintah provinsi di Indonesia melakukan pembatasan social berskala besar (PSBB). Adapun kegiatan yang dibatasi dalam PSBB itu adalah seperti Kegiatan yang mengundang kerumunan massa semisal konser music, kegiatan pesta-pesta besar dan lain-lain.

            Dampak yang ditimbulkan oleh Pandemi virus Covid-19 ini semisal banyaknya pekerja yang terpaksa dirumahkan  bahkan ada sampai diPHK karena direktur perusahan tersebut tidak mampu menggaji karyawannya, dan bahkan ada pula sampai dipecat. Tetapi kemudian, pemerintah pusat melakukan langkah-langkah seperti menggelontorkan sebahagian dana untuk membantu korban dari keganasan virus ini. Selain itu, pemerintah juga tetap berusaha untuk bekerja sama dengan pihak-pihak untuk sesegera mungkin menemukan faksin dari virus covid-19. Sunggu mengerihkan akibat dari virus yang sangat ganas ini. Tidak sedikit korban yang berjatuhan bahkan ribuan nyawa yang meninggal dunia. Tapi janganlah kita hanya berpangku tangan, kita harus bangkit dan beradaptasi dengan kebiasaan baru atau new normal. Oleh karena itu, kita harus bangkit sambil berdo’a kepada Tuhan semoga virus covid-19 segera lenyap dan kita dapat beraktifitas kembali seperti sedia kalah. 

Minggu, 29 September 2019

SOSOK INSPIRATORKU OLEH: ADE SAPUTRA


            Setiap orang memiliki idola atau seseorang yang menginspirasi orang tersebut  sehingga ia merasa terinspirasi setelah mendengar, mengikuti atau paling tidak menirukan orang yang menjadi idolanya tersebut. Seperti misalnya seseorang yang mengidolahkan seorang artis, pasti orang tersebut akan melakukan apa yang dilakukan oleh artis kesayangannya tersebutt. Pada tulisan saya kali ini, saya akan bercerita tentang orang-orang yang menjadi inspirator saya sehingga saya bisa seperti sekarang ini.
            Sebelum saya bersekolah, orang pertama yang menjadi inspirator bagi saya adalah ayah saya. Ia telah banyak memberikan semangat dalam hidup saya sehingga saya bisa menjadi sosok yang dibanggakan dalam keluarga dan masyarakat. Suatu waktu, ketika kami berlibur ke Enrekang dan waktu itu seusai shalat subuh, saya mendengar tante saya memutar kaset juz 30. Sehingga timbulah keinginan dari ayah saya untuk meminjam kaset tersebut. Dan ketika kami kembali ke Toraja, setiap hari saya selalu memutar kaset tersebut sehingga lama kelamaan saya menghafal juz 30 secara keseluruhan. Hal lain yang dilakukan oleh ayah saya adalah ia selalu membelikan kaset-kaset ceeramah koleksi dari Ustadz KH. Zainuddin MZ. Berkat dari kaset itulah, saya berhasil tampil mengisi ceramah Tarwih setiap bulan suci Ramadhan di Masjid. Saya merasa bahwa usaha yang dilakukan oleh ayah saya itu tidaklah sia-sia karena ia menginginkan saya menjadi sosok yang dibanggakan.
            Pada tahun 2010 tepatnya tanggal 11 Januari, ayah saya berpulang ke pangkuan sang Khaliq setelah berjuang melawan penyakit komplikasi yang telah diidapnya selama kurang lebih 1 tahun. Sehingga pada waktu itu saya merasa sangat terpukul dan merasa tidak punya sosok yang telah banyak berbuat untuk hidup saya ke depannya. Tetapi saya merasa itu bukanlah akhir dari segalanya. Dan saya berharap semoga kelak saya dapat meneruskan cita-cita yang pernah dikatakan oleh ayah saya yaitu belajar untuk mendapatkan hasil terbaik.
            Sedangkan orang yang menjadi inspirator bagi saya ketika saya bersekolah sampai sekarang adalah beberapa senior-senior di YAPTI salah satunya adalah kanda Makmur kam. Lewat ceramah-ceramah yang disampaikan oleh beliau, saya bisa mengamalkan apa yang disampaikan oleh beliau dalam ceramahnya di setiap kesempatan. Salah satu hal yang saya ingat dari perkataan beliau adalah “Jadilah tunanetra yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara”.
            Tapi untung tidak dapat di raih, malang tak dapat ditolak. pada tahun 2011, beliau juga telah berpulang menghadap yang kuasa. Sehingga saya dan teman-teman senasib merasa sangat kehilangan sosok yang selama ini menjjadi inspirator yang telah banyak memotifasi kami dalam mengarungi hidup yang fanah ini.
            Intinya, kedua orang yang menjadi inspirator bagi saya ini telah banyak melakukan hal-hal yang telah membuat saya merasa bahwa saya harus berbuat untuk kehidupan yang jauh lebih baik kedepannya. Semoga Allah menerima segala amal baktinya selama hidupnya. Dan semoga mereka di tempatkan di syurga yang tertinggi.
            Terima kasih ayah dan Kanda Makmur, kalian telah memberikan inspirasi yang membuat hidup saya menjadi lebih cemerlang Dan lebih terang. Semua jasa-jasamu telah membangkitkan semangat hidup saya. Saya yakin nama kalian akan selalu terkenang di dalam sanubari.

Sabtu, 28 September 2019

WAWANCARA DENGAN ANDI ASRUL


            Beberapa minggu yang lalu, saya berhasil mewawancarai salah seorang siswa SLB-A YAPTI Makassar bernama Andi Asrul. Wawancara tersebut saya lakukan semata-mata untuk mencari informasi tentang seperti apa pandangannya tentang ketunanetraan, apa penyebap ketunanetraanya, bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengembalikan penglihatannya, dari mana ia mengetahui sekolah khusus tunanetra, dan apa harapannya ke depan sebagai pelajar tunanetra di SLB-A YAPTI. Ia mengatakan bahwa tunanetra adalah hilangnya penglihatan. Dia juga menambahkan bahwa klasifikasi ketunanetraan itu terbagi atas dua bagian, yaitu tunanetra keseluruhan dan tunanetra low vision. Ketika saya bertanya;
“Sejak kapan kamu mengalami tunanetra?” Ia menjawab “Saya menghalami tunanetra sejak SMP”.
Adapun mengenai solusi yang ditawarkan untuk mengembalikan penglihatannya ia menceritakan bahwa orang tuanya membawanya ke dukun, hingga mereka membawa Asrul ke rumah sakit. Tapi hasilnya penglihatannya tetap tidak kembali juga.
            Ia menceritakan bahwa ia mengetahui sekolah luar biasa dari salah seorang tunanetra yang bernama Hamza. Ia mengatakan bahwa Hamza adalah alumni sekolah luar biasa di Makassar. Pada akhir wawancara ia berharap bahwa semoga ia menjadi seorang tunanetra yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Ia juga berterima kasih kepada para pengurus YAPTI karena telah memberinya ruang untuk bersekolah. Ia juga berharap semoga ia berhasil meraih cita-citanya seperti senasibnya yang telah berhasil.

Minggu, 22 September 2019

AKU DAN PRESTASI TERBESARKU OLEH: ADE SAPUTRA


            Aku ade saputra, terlahir di kabupaten Tanah Toraja 19 Mei 1993, anak kedua dari tiga bersaudara, hobi menulis, menyanyi dan membaca. Sejak kecil aku suka dengan hal-hal yang unik.
            Aku pernah mendengar dalam salah satu surah dalam al-qur’an dimana Allah SWT telah berfirman yang artinya: “Aku telah mengilhamkan dua potensi yaitu kejahatan dan ketaquaan”. Jadi aku bisa menyimpulkan bahwa kalau kebaikan kita lakukan,, maka hasilnya akan terbaik. Dan kalau keahatan yang kita perbuat, maka hasilnya akan buruk. Tergantung potensi apa yang kita ingin perbuat.
            Sejak bersekolah di SLB-A YAPTI Makassar sampai sekarang, aku telah banyak menorehkan prestasi-prestasi yang terbilang wah menurutku mulai dari mengikuti perlombaan antar siswa, sampai pernah mewakili SULSEL dalam ajang FLS2N yang diselenggarakan di kota Bandung (Jawa Barat). Dan aku juga selalu dipercaya untuk mewakili Toraja Utara dalam mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) mulai mengikuti MTQ pada tahun 2010 di kota Palopo, sampai baru-baru ini mengikuti MTQ di Luwu’ Timur. Dan selama kurang lebih 4 kali mengikuti ajang dua tahunan ini, baru satu kali aku meraih juara tiga yaitu ketika mengikuti MTQ di kabupaten Pinrang pada tahun 2014. Dan itu sudah lumayan menurutku. Ditambah lagi, aku mendapatkan predikat sebagai peserta terbaik dan terfaforit dalam penyelenggaraan English Camp yang diselenggarakan oleh English Departement Student Asosiation (EDSA).
            Aku merasa sangat gembira bisa memiliki banyak prestasi terbesar. Dan semoga semua prestasi-prestasi yang pernah aku dapatkan, akan menjadi kenang-kenangan hingga akhir khayatku kelak. Terima kasih buat semua teman-temanku mulai teman senasip seperjuangan, hingga semua teman-teman yang tergabung dalam kepengurusan HMJ Jurusan Bahasa Inggris. Semoga semua jasa-jasa kalian akan dibalas dengan ganjaran yang setimpal oleh Sang Khaliq.

Rabu, 04 September 2019

Perkenalan diriku



Aku adalah seorang tunanetra yang dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1993. Ade Saputra, itulah nama yang kemudian dilekatkan pada diriku. Nama itu diberikan oleh seorang Dokter yang bertugas di salah satu rumah sakit di kota Rantepau Tanah Toraja yang sekarang termekarkan menjadi Toraja Utara. Ketika usia kelahiranku genap beberapa hari, aku menjadi orang yang dapat melihat dunia ini dengan sempurna. Tetapi Allah SWT memberikan ujian terberat kepadaku. Secara tak sengaja, penyakit cacar kemudian merasukki mataku. Dan lama kelamaan, penyakit yang datang secara tiba-tiba itu membuat penglihatanku terrengut. “Ya Allah, apa sebenarnya yang Engkau inginkan dariku, mengapa Engkau memberikanku ujian seberat ini? Itulah do’a yang kupanjatkan ketika usia ketunanetraanku genap beberapa hari. Sebagai orang tua yang tak mau melihat anaknya mengalami penderitaan, maka mereka berusaha mencari jalan agar aku bisa melihat seisi dunia ini dengan sempurna. Mereka kemudian membawaku ke rumah sakit dimana aku dilahirkan untuk menemukan solusi itu. Tapi apa yang terjadi, harapan tinggallah harapan. Keinginanku untuk bisa melihat seisi dunia ini tak dapat terwujudkan setelah dokter mengatakan “Anak anda dapat melihat dengan jalan operasi”. Tetapi mereka tidak berputus asa. Mereka tetap menyayangiku sambil tetap berharap kepada Sang Khaliq. Di dalam sujudnya setiap shalat 5 waktu, mereka terus berdo’a agar Allah SWT senantiasa memberikanku ketabahan dalam menjalani ujian dalam hidup ini. Aku hanya duduk merenungi nasib dan sambil memegang beberapa permainan dengan menggunakan kedua belah tanganku, aku tetap terus berharap agar Sang pencipta alam semesta selalu memberikanku kekuatan dalam menjalani hidup ini. Hingga pada suatu ketika, di ruangan tamu yang sederhana itu, ayahku duduk di sampingku. Dan sambil mengusap-usap bahuku aku yang berusia 3 tahun bertanya dalam hati “Apakah ayah dan ibu tetap menerimaku sebagai bagian dari keluarga meskipun aku seorang tunanetra?” Ayahku dengan spontan menjawab “Kami tetap menerimamu meski kamu dalam keadaan tunanetra”. Ayahku melanjutkan perkataannya “Kamu harus bersabar. Ini adalah cobaan dari Allah SWT”. Kata ayahku sambil menyerubut kopinya.
Untuk menghilangkan rasa galau dalam hatiku, setiap ayahku ke Makassar, ia tak lupa membelikanku kaset-kaset ceramah koleksi Ustadz KH. Zainuddin MZ. Karena pada waktu itu aku sangat menggemari ceramah dari beliau. Dan setiap selesai Shalat Subuh, ayahku selalu memutarkan kaset demi kaset tersebut sehingga aku berusaha menghafalkannya. Dan pada tahun 2002, aku mulai didadak oleh pengurus Masjid besar Rantepau untuk mengisi ceramah Tarwih di bulan Ramadhan. Awalnya aku hanya menggantikan siapa yang tidak sempat mengisi ceramah tarwih. Tapi pada bulan Ramadhan tahun 2003, aku diberikan jadwal untuk mengisi ceramah Tarwih. Pada awal 2003, aku dipanggil oleh sepupuku untuk berangkat ke Negeri Jiran (Malaisia). Aku sangat senang menerima undangan itu. Aku berada di sana kurang lebih 2 bulan. Selama aku berada di Malasia, aku selalu bersama sepupuku berjalan-jalan. Bahkan ketika sepupuku pergi berjualan ke pasar, tidak lupa mereka mengajakku. Dan tak terasa aku sudah 2 bulan berada di Malasia. Aku harus pulang kembali ke Indonesia. Dengan menumpang perahu, aku bersama tanteku menyeberang dari pelabuhan Tawao menuju ke pelabuhan Tarakan. Dan aku bermalam di Tarakan selama 3 minggu. Setelah itu, aku berangkat dari pelabuhan Tarakan kembali ke Makassar.
Pada pertengahan tahun 2003, saat itu aku dan ayahku sedang berlibur ke Enrekang, waktu itu malam hari dan aku sudah tertidur lelap. Tiba-tiba aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku sedang berada di rumah. Waktu itu pagi hari. Aku memandang keluar jendela. Aku melihat anak-anak sedang berjalan menuju ke sekolah. Saat itulah, timbulah keinginanku untuk bersekolah. Dan ketika pasca lebaran tahun 2003, saat itu ayahku sedang menuju ke Pasar Enrekang. Di sana, ayahku sedang melihat salah seorang tunanetra sedang memainkan keyboard. Saat itu ayahku tertegun melihat orang itu sedang memainkan alat musik itu dengan indahnya. Setelah ia memainkan keyboard, ayahku sedang berbincang-bincang dengannya. Dan dari situlah ayahku memperoleh gambaran bahwa ia adalah salah seorang alumni salah satu SLB di kota Makassar. Dan ia meminta agar aku dipertemukan dengan orang tersebut. Walhasil, minggu berikutnya aku dan ayahku berangkat dari “Panette’” menuju ke salah satu desa di bagian utara kabupaten Enrekang. Desa tersebut bernama “Galung”. Dan di desa tersebut sedang berlangsung kegiatan Halal-bihalal dalam rangka hari raya Idul fitri. Dan ketika kami baru tiba, ia sedang berlatih memainkan lagu-lagu qasidah. Karena pada malam harinya, ia dipercayakan untuk mengiringi perlombaan kasidah. “Inilah anak saya, ia juga seorang tunanetra.”. Kata ayahku menjelaskan. “Sekolahkan saja di Makassar, kebetulan ada salah satu sekolah ternama di Makassar namanya adalah YAPTI”. Tandas orang tersebut yang ternyata bernama Muhammad Arifin. “Apakah di sana anak-anak seperti anak saya akan berhasil?” Tanya ayahku kemudian. “Insya Allah. Bahkan ada salah seorang alumninya sudah menjadi PNS”. Kata arifin lagi sambil menekan tuts keyboardnya. Setelah berbincang santai, kamipun pulang kembali ke “Panette’”. Sebenarnya sebelum pertemuanku dengan Muhammad Arifin, aku sempat direncanakan akan dimasukkan di Pondok Pesantren. Tapi rencana itu gagal karena Pondok Pesantren yang terletak di Kabupaten Bone yang nama Pesantren itu aku tak tahu jelas namanya, hanya diperuntukkan untuk santriwati atau lebih dekenal dengan Pesantren Putri. Pada akhir tahun 2003, aku dan ayahku kebetulan sedang berlibur ke Makassar. Sembari menikmati liburan, ayahku kemudian mencari informasi tentang keberadaan sekolah yang menerima tunanetra. Awalnya, ayahku sempat bertandang ke SLB Cenrewasi. Tetapi, yang diterima di sana adalah jenis kedisabilitasan lain seperti Tunarungu, Tunagrahita dan Tunadaksa. Kemudian ayahku berkunjung ke SLB Tingkat Pembina Makassar yang berlokasi di JL. Daeng Tata Raya Makassar. Di sanalah ayahku bertemu dengan salah seorang tunanetra yang merupakan salah satu murit pertama di YAPTI. Ia bernama Bapak Irwan Jabbar. Dengan petunjuk dari beliau, akhirnya ayahku berhasil mendapatkan alamat SLB-A YAPTI Makassar. Bersama Pak Irwan, ayahku menuju ke SLB-A YAPTI Makassar yang berlokasi di JL. Kapten Piere Tendean, blog m. No.7 Makassar. “Disinalah SLB yang bapak cari”. Kata Pak Irwan sambil menunjuk ke arah sekolah. Setelah berpanjang lebar, ayahku dan Pak Irwanpun meninggalkan Sekolah tersebut. Setelah ayahku tiba di rumah, ia memberitahukan kepadaku bahwa “Kamu harus bersekolah. Ayah sudah mendapatkan sekolah yang cocok untuk tunanetra sepertimu!” Kata ayahku sambil membolak-balik koran yang sempat ia baca. Pada tanggal 30 Maret 2004, saya sempat dimarahi oleh ayahku. Waktu itu hujan turun. Dengan sisa-sisa penglihatan yang masih ku miliki, aku mengambil segayung air dan aku sempat menyiram orang yang sedang mengendarai sepeda motor. Dan karena ulah yang ku lakukan itu, ayah sempat memukulku dengan gagang kemoceng. Aku berusaha menahan sakit sambil meneteskan air mata. Dan pada keesokan harinya tepatnya pada pukul 14.00, aku bersama ayah dan ibuku berangkat menuju ke Enrekang. Karena pada hari berikutnya, aku akan berangkat ke Makassar. Di tenga perjalanan menuju ke Enrekang, aku sempat diguyur hujan. Karena aku dan ayahku bersama naiksepeda motor, sedangkan ibuku sendiri menaiki mobil. Kami sampai di Panette’ pada pukul 17:30.
Keesokan harinya tepatnya pada tanggal 3 April 2004, kamipun berangkat ke Makassar dengan menaiki mobil panter. Dan kami sampai di Makassar pada pukul 13.00 siang. Dan kami menginap di Rumah sepupuku di JL. Batua raya Makassar. Ketika malam harinya, mimpi yang sebelumnya aku alami di Enrekang dulu ternyata datang kembali menghiasi tidurku. Tapi kali ini lain. Aku bermimpi mengenakkan tas ransel berwarna hitam, dan aku mengenakkan pakaian seragam putih merah. Aku sedang berjalan menuju kelasku. Pada saat perjalananku menuju kelas, tiba-tiba adzan subuh berkumandang. “Bangun, Shalat!” kata ayahku sambil mengguncang-guncang tubuhku. ‘a................... apa ini udah subuh?” tanyaku sambil mengangkat bahu. “Apa itu kau ngak dengar suara adzan?” Tanya ayahku lagi. “ummmm........... ya..... “ kataku sambil berjalan menuju kamar mandi. Setelah Shalat subuh, aku sempat duduk di ruangan tamu sambil menghirup udara segar. “Gimana perasaan kamu hari ini?” tanya ibuku sambil meletakkan teh hangat di depanku. “Ayolah kan hari ini mau masuk Asrama! Semangat dong”. Kata ayahku sambil mengemasi baju-bajuku. “u............. OK deh ma pa, aku bakal janji akan tetap jaga diri baik-baik kalau aku udah masuk Asrama. Aku bakal sekolah baik-baik”. Kataku sambil menyeduh teh di meja. “Dan ingat, jangan nakal-nakal di sana ya nak!” lanjut  ibuku seraya melangkah ke dapur.
Pada  sore harinya, dengan diantar oleh ayahku, kakak sepupuku dan ibuku aku berangkat dari Batua Raya menuju ke SLB-A YAPTI. Waktu itu jalanan amat sedikit licin karena hujan sempat mengguyur kota Makassar. Kami berangkat dengan menaiki Mobil Taksi. Beberapa menit kemudian, kamipun sampai di YAPTI. Dengan diantar oleh Pak Ishak, kamipun menuju ke sebuah kamar yang terletak di sebelah barat bagian bawa. “Nah, di sinilah kamar kamu!. Kata pria yang menjabat sebagai pengelola harian panti guna YAPTI itu. Setelah beberapa lama kemudian, datanglah seorang pria lain yaitu DRS. HJ. Darma Pakilaran yang pada saat itu menjabat sebagai kepala panti. “Perkenalkan ini kepala panti”. Kata salah satu binaan yang bernama Hamzah. Sambil tersenyum, pria setengah tua itu menjabat erat tanganku. Beberapa lama kemudian, ayahku, sepupuku dan ibuku berpamitan untuk pulang. Sambil memelukku, mereka tak henti-hentinya menyemangatiku. “rajin-rajinko belajar nak, dan janganko nakal”. Begitu pesan ayahku sambil memegang tanganku. “Insya Allah saya akan tetap menjaga anakta”. Ucap Pak Ishak sambil berjalan keluar kamar yang menjadi kamar tinggalku.
            “Allahu Aqbar, Allahu Aqbar”. Sayup-sayup terdengar suara adzan dari Mushallah asrama. Dengan dibimbing oleh Fadli, salah satu teman dari kamar lantai 2, aku berjalan sampai akhirnya kamipun tiba di Mushallah.

Selasa, 08 September 2015

DO'A UNTUK PARA TUNANETRA YANG BERTARUNG DALAM TES CPNS

Kemarin, saya menuju ke kantor sekretariat DPD Pertuni sulsel. Di sana saya melihat beberapa orang tunanetra yang mengikuti tes CPNS sedang mempelajari bahan-bahan yang akan masuk dalam soal-soal tes CPNS. Setelah saya meneliti, ternyata soal-soal untuk tes CPNS seperti kebanyakan soal-soal yang dipelajari oleh siswa-siswi SMA. Saya kemudian berkata dalam hati: "ternyata orang yang ikut tes CPNS soal-soalnya seperti yang dipelajari oleh anak-anak sekolah". Tapi tidak apalah. Saya hanya berharap semoga kejadian 2013 pada saat rekan-rekan tunanetra yang ikut tes CPNS ditolak karena alasan bahwa tunanetra bukan disabilitas tubuh, tidak akan terulang kembali. Cukuplah peristiwa ttersebut mereka jadikan sebagai cambuk untuk membuktikan bahwa penyandang disabilitas khususnya tunanetra mampu bersaing secara sehat dalam mengikuti tes CPNS. Menurut informasi, bahwa ada 5 orang tunanetra yang mengikuti tes CPNS tahun ini. kelima orang tersebut adalah Kanda Hamzah M.Y, Fandy Dawenan, Muh. Arifin, Firman Gosal, dan Serliani la'lang.

Jumat, 02 Januari 2015

AGENDA SEBELUM DAN SELAMA LIBURAN OLEH: ADE SAPUTRA



            Saya merasa sangat bersyukur karena saya masih kuat untuk mengisi hari-hari saya dengan berbagai aktifitas. Apakah itu aktifitas saya sebagai pelajar, penulis, facebookers dan sebagainya. Tetapi, setelah ulangan smester berakhir, beberapa agenda sudah menghadang saya. Berikut ini saya akan menceritakan beberapa agenda saya sebelum dan ketika masuk liburan tepatnya liburan menyambut tahun 2015. Pada tanggal 16 Desember 2014, saya bersama teman-teman Siswa-siswi SLB-A YAPTI Makassar, menerima kunjungan dari salah satu sekolah internasional ternama di Makassar yaitu metro school. Saat itu saya sempat memperlihatkan skil saya dalam bidang tarik suara (bernyanyi). Kemudian pada hari jum’at tepatnya pada tanggal 18 desember, saya bertandang ke sekolah untuk mengecek apa yang dilakukan oleh teman-teman saya. Ternyata saya kembali mengikuti lomba adzan dalam rangkaian pecan olahraga dan seni (PORSENI) yang dilaksanakan oleh SMP dan SMA Datukribandang. Kemudian hari senin tepatnya tanggal 22 Desember saat itu bertepatan dengan hari ibu, saya bersama para binaan Panti Guna YAPTI kembali menerima kunjungan dari ketua BKOW (badan koordinasi wanita Provinsi Sulawesi selatan (Ibu Dra. HJ. A. Majedah Agus Arifin Nu’mang)beserta rombongan, saat itu lagi-lagi saya memperlihatkan skil saya dalam memandu acara atau menjadi master of ceremony. Kemudian hari rabu tepatnya tanggal 24 Desember, saya kembali berkunjung ke sekolah untuk menerima hasil kerja keras saya dan teman-teman kelas XI IPS selama 6 bulan. Setelah saya periksa, ternyata al-hamdulillah hasilnya sangat memuaskan. Tetapi masih ada nilai yang harus saya perbaiki. Kemudian tepatnya tanggal 26 Desember tepatnya pada hari kamis malam, saya beserta para binaan YAPTI menyambut kedatangan salah seorang warga selandia baru yang namanya saya agak lupa-lupa namanya. Malam minggunya, tepatnya tanggal 28 desember, saya kembali mengikuti rapat Binaan panti guna YAPTI Makassar yang dipimpin langsung oleh Bapak Subu B S.PD selaku kepala panti guna YAPTI.
            Selain beberapa agenda di atas, saya juga tidak lupa menjalankan agenda saya yaitu menuliskan apa yang menjadi isi hati saya, dan membuka-buka internet. Karena kita tahu internet merupakan salah satu media dimana kita bisa mencari bahan-bahan untuk menulis, cerama, dan lain-lain sebagainya. Tetapi minggu-minggu ini saya kembali kurang fit untuk melakukan semua itu, karena beberapa hari lagi saya akan kembali bersekolah tepatnya tanggal 5 Desember 2015. Tapi, meskipun saya akan bersekolah, saya tetap mau menulis. Karena menulis merupakan kegiatan untuk menumpahkan kegalauan, kegembiraan, atau kesedihan yang selalu membara dalam diri kita. Hanya dengan menulis hati dan fikiran saya tenang.
            Sekarang, tahun 2014 telah pergi dan 2015 telah datang , marilah kita merepleksi dan merenung sejauh mana pencapaian kita selama tahun 2014. Bila apa yang kita cita-citakan di tahun 2014 masih belum tercapai, maka marilah kita berusaha memperbaikinya di tahun 2015. Dan bila apa yang kita cita-citakan di tahun 2014 sudah tercapai, maka marilah kita lebih meningkatkannya di tahun 2015. Misalnya kita adalah seorang pelajar bila selama 2014 prestasi akademik kita masih kurang, maka marilah kita lebih memperbaikinya. Karena boleh jadi di tahun 2015 ini prestasi akademik kita akan lebih baik lagi apabila kita memperbaikinya. Dan bila kita tetap tidak mau memperbaikinya, maka hasil yang kita peroleh akan sama seperti tahun yang lalu. Sebagai akhir dari tulisan saya ini, saya akan mengutip firman Allah SWT dalam salah satu surah dalam al-qur’an. Ayat tersebut berbunyi: “Tidaklah aku merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang akan merubahnya”.